Beragam, Bukan Seragam
Berbicara soal Pilkada DKI Jakarta yang baru saja dilaksanakan kemarin, saya agak bingung sebenarnya. Kenapa orang-orang yangg gembar-gembor keberagaman selama masa kampanye kemarin malah sekarang tampak tidak menghargai keberagaman, ya?
Berkoar-koar tentang masyarakat yang seolah sudah pasti bodoh apabila tidak memilih pasangan calon tertentu tanpa mengingat bahwa setiap warga setempat, kan, punya hak pilih. Siapapun yang dipilih dan apapun alasannya, itu hak mereka. Jangan diusik. Tidak ada satu orang pun yang boleh (atau bisa) memaksa kepercayaan orang lain, sekalipun apabila kepercayaannya itu tampak tidak masuk akal buatmu.
Perlu penegasan bahwa saya bukan pendukung cagub manapun. Tempo hari saya pun komentari pendukung anti-ahok. Murni kacamata objektif, karena memang, yang bikin gerah di pilkada DKI kali ini ya pendukungnya, bukan cagub-cagubnya. :)
Not forget to say, "Hat off to you, Mr. Basuki Purnama, you gave your best shot last few years and I admire your big heart. Indonesia needs you." :)
Berkoar-koar tentang masyarakat yang seolah sudah pasti bodoh apabila tidak memilih pasangan calon tertentu tanpa mengingat bahwa setiap warga setempat, kan, punya hak pilih. Siapapun yang dipilih dan apapun alasannya, itu hak mereka. Jangan diusik. Tidak ada satu orang pun yang boleh (atau bisa) memaksa kepercayaan orang lain, sekalipun apabila kepercayaannya itu tampak tidak masuk akal buatmu.
Kita semua tahu bahwa latar belakang setiap orang berbeda, di mana itu akan mempengaruhi cara pikir dan cara-cara apapun lainnya. Sebagai sekelompok yang tempo hari menyuarakan keberagaman Indonesia, bukankah seharusnya soal ini pun saling menghormati dan menghargai? Lagipula, untuk sampai ke suatu pilihan, pertimbangan seseorang belum tentu hanya satu hal. Darimana kamu tahu bahwa ia tidak mempertimbangkan hal-hal yang kamu pertimbangkan? Jangan sembarang menghakimi alasan atas keputusan orang lain.
Hasil perhitungan sementara sudah keluar dan itu hasil demokrasi. Sebagai yang berkoar mengenai Indonesia sebagai negara demokrasi, bukankah seharusnya hasil perhitungan ini juga diterima?
Hasil perhitungan sementara sudah keluar dan itu hasil demokrasi. Sebagai yang berkoar mengenai Indonesia sebagai negara demokrasi, bukankah seharusnya hasil perhitungan ini juga diterima?
Secara pribadi, saya paling gagal paham dengan orang-orang tertentu yang belum apa-apa sudah bilang, "Warga Jakarta menyia-nyiakan kesempatan untuk jadikan Jakarta lebih baik."
Darimana tahu Anies-Sandi tidak akan bikin Jakarta lebih baik? Mereka bahkan belum mulai bekerja. Protesnya mungkin bisa nanti ketika DP rumah batal 0% 😜
Rekam jejak Pak Anies kurang baik? Semogakan saja amanah kali ini Pak Anies bukan hanya pandai berkata, tapi juga lihai bekerja. :) Selain itu, tentunya jangan lupa dipantau. Saya percaya warga Jakarta tidak bodoh untuk bisa mengevaluasi kinerja pemerintahan daerahnya selama lima tahun ke depan.
Jika benar kinerja Anies-Sandi tidak memuaskan, nantinya hal ini akan jadi pembelajaran berharga untuk masyarakat Indonesia, bukan hanya Jakarta, tentang bagaimana harus memilih pemimpin pemerintahan. Semua ada prosesnya, Indonesia sedang belajar. Jangan karena hal ini menjadi psimis dengan masa depan Indonesia. Toh, Indonesia mengalami perkembangan, tidak stagnan.
Perlu penegasan bahwa saya bukan pendukung cagub manapun. Tempo hari saya pun komentari pendukung anti-ahok. Murni kacamata objektif, karena memang, yang bikin gerah di pilkada DKI kali ini ya pendukungnya, bukan cagub-cagubnya. :)
Not forget to say, "Hat off to you, Mr. Basuki Purnama, you gave your best shot last few years and I admire your big heart. Indonesia needs you." :)
Komentar
Posting Komentar