Berkicau (Tidak) pada Tempatnya


Pagi saya hari ini agak terganggu dengan satu tweet salah satu ustad (yang katanya) terkemuka, Felix Siauw. Dalam tweet itu beliau mengatakan,

Ini ironis. Mengomentari orang lain provokatif dengan tweet yang provokatif. Padahal sepengetahuan saya, Allah & Rasul-Nya tidak menyukai orang-orang yg mencari-cari kesalahan orang lain kemudian luput akan kesalahan diri sendiri. Beliau ustad (yang katanya) terkemuka. Di luar apapun stance beliau terhadap Cagub yang dikomentarinya, seharusnya beliau tahu itu.

Di sini saya bukan menyalahkan apapun pendapat ataupun stance beliau. Tapi, kalau memang merasa pendapatnya benar dan bukan hanya sentimen, paling tidak, beliau (harus) bisa sampaikan argumen dari stance-nya itu dengan lebih baik, atau kasarnya (maaf), lebih intelek. Tidak dengan sesuatu yang provokatif.

Bukan, saya bukan pendukung Cagub yang dikomentari mengingat saya pun juga bukan penduduk daerah tersebut. Selama ini saya tahan untuk tidak sama sekali komentar soal isu sensitif ini. Tapi, kok, ya lama-lama gerah. Beberapa oknum terlihat sudah bukan membela Islam tapi membela ego diri atau kelompok dengan menggunakan nama Islam, sehingga ucapan perbuatan tidak sinkron dengan ke-Islam-an.

Islam itu agama yang indah, bukan agama barbar. Jadi, jika tujuannya memang membela Islam, tolong pastikan gunakan juga cara-cara yg indah. Dan terakhir, Islam itu memberi damai bukan membuat ramai. :)

Salam!

Komentar