Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

It's Okay, It's Love

It is always a pleasant feeling I get from catching Poppa come to my room and take seconds to look at me sleeping, every morning of his days off. Sometimes, I actually wake up already, but I intentionally put an act on sleeping, just to let him have time to look at my sleeping face. It seems like I deceive him, but I simply do not wanna ruin the moment. I believe he routinely does that for reasons. Since every simple act matters to me, so, a mutual benefit, it is! 😛 He never tells me that he loves me, but he never has to. It is clear in everything he does. I acknowledge that he checks on my social medias regularly so he will read this eventually. But it is okay, we both have a similar difficulty of expressing feelings to our loved ones. So this post will do the job. I love u, Pap!❤

Beragam, Bukan Seragam

Berbicara soal Pilkada DKI Jakarta yang baru saja dilaksanakan kemarin, saya agak bingung sebenarnya. Kenapa orang-orang yangg gembar-gembor keberagaman selama masa kampanye kemarin malah sekarang tampak tidak menghargai keberagaman, ya? Berkoar-koar tentang masyarakat yang seolah sudah pasti bodoh apabila tidak memilih pasangan calon tertentu tanpa mengingat bahwa setiap warga setempat, kan, punya hak pilih. Siapapun yang dipilih dan apapun alasannya, itu hak mereka. Jangan diusik. Tidak ada satu orang pun yang boleh (atau bisa) memaksa kepercayaan orang lain, sekalipun apabila kepercayaannya itu tampak tidak masuk akal buatmu. Kita semua tahu bahwa latar belakang setiap orang berbeda, di mana itu akan mempengaruhi cara pikir dan cara-cara apapun lainnya. Sebagai sekelompok yang tempo hari menyuarakan keberagaman Indonesia, bukankah seharusnya soal ini pun saling menghormati dan menghargai? Lagipula, untuk sampai ke suatu pilihan, pertimbangan seseorang belum tentu hanya satu hal.

A Wake Up Call for Self

Last three weeks, I had been busy preparing and participating Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) of West Java selection processes. Apparently, the whole selection processes were not merely about selling one's self to be selected. It slapped me awake about many things. It taught me that no matter how experienced you are, it is nothing if you do not give impact to your surrounding. It is not about how much you have got, it is about how much that you have given. It is all about humility. That is why being opportunist does not necessarily bring you anywhere if you do not have any integrity and loyalty. It is more than about skills as well, it is more about perseverance. Our personalities and attitudes matter. Also, it made me open my eyes wider that Indonesia does have an abundance of potential youth who have a bright vision for the future of Indonesia. Surely, Indonesia has hopes. So that I can not only sit still and turn a blind eye. At least I have to do more to my sur

Berkicau (Tidak) pada Tempatnya

Gambar
Pagi saya hari ini agak terganggu dengan satu tweet salah satu ustad (yang katanya) terkemuka, Felix Siauw. Dalam tweet itu beliau mengatakan, Ini ironis. Mengomentari orang lain provokatif dengan tweet yang provokatif. Padahal sepengetahuan saya, Allah & Rasul-Nya tidak menyukai orang-orang yg mencari-cari kesalahan orang lain kemudian luput akan kesalahan diri sendiri. Beliau ustad (yang katanya) terkemuka. Di luar apapun stance beliau terhadap Cagub yang dikomentarinya, seharusnya beliau tahu itu. Di sini saya bukan menyalahkan apapun pendapat ataupun stance beliau. Tapi, kalau memang merasa pendapatnya benar dan bukan hanya sentimen, paling tidak, beliau (harus) bisa sampaikan argumen dari stance -nya itu dengan lebih baik, atau kasarnya (maaf), lebih intelek. Tidak dengan sesuatu yang provokatif. Bukan, saya bukan pendukung Cagub yang dikomentari mengingat saya pun juga bukan penduduk daerah tersebut. Selama ini saya tahan untuk tidak sama sekali komentar soal i