Review Singkat Roman Bumi Manusia

Sudah beberapa tahun yang lalu sebenarnya saya selesai membaca buku ini. Namun, berhubung saat itu blog ini belum lahir. Jadi, apa salahnya sekarang saya berbagi di sini 😁

"Aku adalah manusia. Tentu yang tak sempurna. Karena kealpaan dan lupa tak bisa lepas dariku. Aku hanyalah manusia biasa. Aku bukanlah dewa dengan segala ke-Maha-annya. Sempurna adalah kata yang tidak untukku." 
"Aku lebih mempercayai ilmu pengetahuan, akal. Setidak-tidaknya padanya ada kepastian-kepastian yang bisa dipegang."
"Pendapat umum perlu dan harus diindahkan, dihormati, kalau benar. Kalau salah, mengapa dihormati dan diindahkan? Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam pikiran. Itulah memang arti terpelajar itu." 
"Semakin tinggi sekolah, harus semakin mengenal batas. Kalau orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan cara-Nya sendiri."
Di atas itu penggalan dr novel Bumi Manusia. Salah satu dari tetralogi Pulau Buru-nya Pramoedya Ananta Toer.
Belajar sejarah lewat roman dengan penggambaran karakter yg kuat.
Membela kemanusiaan di atas segala entitas politik.
Alurnya mengalir dan menarik.
Ceritanya sederhana namun sarat makna. 
Saya pernah membaca buku Pak Pram dengan ejaan lama (didapat di Kwitang) dan dengan ejaan yang sudah disempurnakan (didapat di Gramedia). Anehnya, saya cepat mengantuk membaca ejaan sempurna yang diterbitkan Gramedia, saya lebih cocok dengan ejaan lama Pak Pram. 😂  
Setelah baca, tidak akan heran kenapa Pak Pram ini dinominasikan jadi pemenang nobel sastra. Tetralogi Buru benar-benar bacaan yang membuka lebar mata pembacanya. Gaya bahasa yang pas dengan selera saya dan ejaan jadul yang menarik berhasil membuat Pak Pram menjadi penulis favorit saya tepat setelah membaca Bumi Manusia, seri pertama Tetralogi Pulau Buru ini.

Kesimpulannya, Tetralogi Pulau Buru Pramoedya Ananta Toer adalah buku wajib cicip segala kalangan Indonesia.

Komentar